Tetapi sampai hari ini, masih banyak sekali mitos soal bahan bakar beroktan tinggi. Konon, bila tingkat rasio kompresi kendaraan tidak sesuai atau tidak dianjurkan memakai bensin beroktan tinggi, tangki akan cepat keropos ataupun karburatornya cepat rusak.
Menanggapi hal tersebut, Rahmet selaku teknisi di bengkel Surya Setya Motor mengatakan apabila rasio kompresi yang diharuskan dengan tingkat oktan bensin tidaklah terlalu jauh, kemungkinan masalah tersebut minim.
"Kalau misalkan CR (Compression Ratio) nya sedang (8:1 – 10:1- Red), bisa lah dipakai Pertalite sampai Pertamax. Tapi kalau CR nya 8:1 atau menganjurkan harus diisi dengan bensin beroktan 88, ya jangan dimasukkan Pertamax Plus. Jauh sekali itu dari 88 ke 95," katanya kepada detikOto di Rawamangun, Jakarta.
Pada bensin beroktan tinggi seperti Pertamax dan Pertamax plus, umumnya sudah dilengkapi dengan aditif pembersih dan hanya sedikit saja unsur penambahan tenaga. Selain itu, semakin tinggi nilai oktan pada bensin, maka tinggi titik bakarnya akan lebih tinggi sehingga semakin lambat terbakar, tidak seperti RON rendah.
"Kalau kendaraan dengan CR rendah dipaksakan pakai bensin beroktan tinggi yang ada nanti ada lost power (rendahnya tenaga yang dihasilkan) dan juga cepat panas mesinnya. Sudah beli lebih mahal, malah rugi pula," kata Rahmet.
Arif Budiman selaku kepala SPBU Pertamina di kawasan Rasuna Said juga mengatakan bahwa pembelian bensin dengan oktan yang lebih tinggi dari pada seharusnya merupakan pemborosan.
"Di SPBU ini kan juga jual Pertamax Racing dengan RON 100. Nah saya nggak saranin sih motor atau mobil biasa pakai bensin ini karena selain tidak dapat terbakar dengan maksimal, boros juga jadinya karena harganya jauh lebih mahal. Begitu juga dengan kendaraan produksi di bawah tahun 2000an. Kalau masih standar, tidak ada modifikasi lain, belinya Pertalite saja," katanya.
"Sangat dianjurkan untuk mengisi bensin sesuai dengan nilai rasio kompresi atau rekomendasi dari pabrikannya," tambah Arif.
(ddn/ddn)
Comments
Post a Comment